TOKYO, iNews.id - Harga minyak turun tajam sama seperti pada 1991. Hal ini terjadi setelah Arab Saudi memulai perang harga dengan Rusia dengan memangkas harga jual minyaknya.
Negara timur tengah ini juga berencana melepaskan pasokan yang disimpannya ke pasar di tengah kekhawatiran wabah virus korona. Mengutip Reuters Senin (9/3/202), minyak mentah berjangka Brent turun sebanyak 14,25 dolar Amerika Serikat (AS) atau 31,5 persen menjadi 31,02 dolar AS per barel. Itu adalah penurunan persentase terbesar sejak 17 Januari 1991, pada awal Perang Teluk pertama dan terendah sejak 12 Februari 2016.
Minyak mentah US West Texas Intermediate (WTI) turun sebanyak 11,28 dolar AS atau 27,4 persen 30 dolar AS per barel. Itu juga penurunan persentase terbesar sejak Perang Teluk pertama pada Januari 1991 dan terendah sejak 22 Februari 2016.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, berusaha menekan Rusia, produsen terbesar kedua, karena menolak pemotongan produksi yang diusulkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). OPEC dan produsen lain mendukung pemotongan untuk menstabilkan penurunan harga yang disebabkan oleh kejatuhan ekonomi dari wabah virus korona.
Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentah di atas 10 juta barel per hari (bph) pada bulan April setelah kesepakatan pasokan antara OPEC dan Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, berakhir pada akhir Maret. Arab Saudi, Rusia, dan produsen utama lainnya berjuang menopang harga di pasar pasar sejak 2014 dan 2016 karena meningkatnya produksi shale oil AS.