LCK Global Kedaton sudah mengumumkan rencana IPO yang rencananya akan dilakukan 16 Januari 2018. Perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi tersebut akan memasang harga penawaran perdana antara Rp138-128 per lembar saham dengan jumlah saham yang dilepas kepada sekitar 20 persen atau 200 juta lembar saham.
Sky Energy merupakan perusahaan yang membuat peralatan energi baru dan terbarukan, yakni modul panel surya. Pasar Sky Energy didominasi pasar ekspor, terutama Eropa, Amerika Serikat, dan Timur Tengah. Hingga saat ini, perusahaan belum mengumumkan rencananya untuk melakukan IPO kepada publik.
Perusahaan batu bara asal Kalimantan Barat ini sudah mengumumkan rencananya untuk IPO pada akhir Februari 2018. Saham yang akan dilepas dilaporkan berada pada kisaran 28 persen. Awal tahun depan dinilai perusahaan merupakan momentum yang tepat karena harga batu bara mulai bergerak positif. Porsi pasar perusahaan saat ini didominasi pasar ekspor, terutama Jepang.
Anak usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk ini berencana melepas saham sekitar 10 persen kepada publik. Meski belum menentukan tanggal pasti, BTPN Syariah sudah menunjuk Trimegah Sekuritas sebagai penjamin emisi (underwriter) untuk melaksanakan IPO tersebut. Apabila rencana itu terwujud, perusahaan ini akan menjadi bank syariah kedua yang melantai di bursa setelah PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS).
Direktur Utama BEI Tito Sulistio optimis target 35 perusahaan yang melantai di bursa tahun depan akan tercapai. Bahkan, dia memprediksi perusahaan yang IPO tahun depan bisa melebihi target.
Tito yakin pasar modal tidak akan terpengaruh dengan situasi politik tahun depan yang diperkirakan akan ramai karena kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) serentak.
“Apalagi bunga perbankan sedang turun, maka akan ada banyak orang yang mengalihkan dananya ke pasar modal,” kata Tito.