Namun, kata dia, korporasi justru dianggap mampu untuk membantu dirinya sendiri untuk melawan dampak virus corona, sehingga tak perlu banyak dibantu.
"Kesalahan parkir logika tersebut sangat riskan dan akan tercermin dalam kelumpuhan daya produksi, daya saing, dan kapasitas peningkatan ruang fiskal di kemudian hari," katanya.
Gita juga menyoroti program restrukturisasi kredit bank-bank BUMN yang mencapai Rp400 triliun. Namun, dana pemerintah yang akan ditempatkan kepada bank-bank jangkar hanya Rp34 triliun. Kebijakan ini dinilai berisiko untuk bank-bank yang ditunjuk sebagai jangkar.
Mantan menteri perdagangan itu juga mengkritisi rendahnya stimulus ekonomi untuk melawan wabah Covid-19. Di saat negara-negara tetangga mengeluarkan lebih dari 10 persen PDB, Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN sejauh ini baru menyiapkan 2,5 persen dari PDB.
"Ini mungkin mencerminkan kurangnya pendalaman mengenai inti permasalahan yang terjadi sekarang ini. Yang lebih penting lagi adalah pendalaman mengenai kemana kita mau arahkan perekonomian kita di kemudian hari," tutur Gita.