Hui yang kehilangan 80 persen dari kekayaannya yang dulu senilai 42,5 miliar dolar AS pada 2017, sedang berjuang untuk membayar utangnya lebih dari 300 miliar dolar AS. Sementara hartanya saat ini tercatat 9,1 miliar dolar AS.
Awalnya, karena didorong oleh keyakinan bahwa harga perumahan akan terus naik, dan pendapatan yang diperoleh akan selalu melebihi biaya, Evergrande meminjam uang dari karyawannya, investor ritel, dan berbagai lembaga keuangan termasuk bank dan perusahaan perwalian untuk memperoleh tanah dan membangun apartemen. Namun setelah dana mengering dan harga rumah jatuh, Evergrande menjadi bangkrut.
Seluruh pasar telah melihat Evergrande mengalami gagal membayar utang. Tidak hanya Evergrande, Kaisa Group, Shimao Group, China Aoyuan Group dan Guangzhou R&F Properties juga mengalami kesulitan. Aksi jual obligasi dan saham terkait sektor ini juga telah meluas ke Country Garden dan Longfor Properties.
Pekan lalu, kegelisahan pasar menyebar ke saham Country Garden yang terdaftar di Hong Kong, yang jatuh 8,1 persen hanya dalam satu hari karena kekhawatiran perusahaan telah gagal mendapatkan dukungan dari investor untuk kesepakatan obligasi konversi. Krisis kepercayaan menyebabkan kekayaan Yang Huiyan turun lebih dari 1 miliar dolar AS hanya dalam satu hari.
Meskipun kepanikan mereda pada hari berikutnya dan saham pulih, kekayaan bersih Yang telah hilang 6,2 miliar dolar AS sejak April karena saham perusahaannya anjlok lebih dari sepertiga. Ini membuat kekayaannya turun menjadi 23,4 miliar dolar AS.
Sementara itu, peringkat Sunac China Holdings baru-baru ini diturunkan oleh Fitch Ratings dan S&P Global Ratings. Adapun perusahaan-perusahaan yang didukung negara memainkan peran lebih aktif di pasar properti.
Minmetals International Trust Co., anak perusahaan dari perusahaan BUMN logam dan mineral Minmetals, baru-baru ini mengambil alih dua proyek perumahan Evergrande di Kunming dan Foshan.