BEIJING, iNews.id - Kekayaan taipan properti yang selama ini mendominasi peringkat dalam daftar orang terkaya China turun drastis. Itu karena kampanye yang dilakukan pemerintah untuk meluncurkan reformasi properti nasional.
Kekayaan kolektif para pendiri di belakang tiga pengembang properti top negara itu menyusut 30 miliar dolar AS atau Rp430,6 triliun sejak Daftar Miliarder Dunia versi Forbes dirilis pada April tahun lalu.
Penurunan kekayaan secara drastis yang dialami oleh bos Evergrande Hui Ka Yan, Ketua Country Garden Yang Huiyan, dan pendiri Sunac China Holdings Sun Hongbin ini menunjukkan masa kejayaan pertumbuhan penjualan dan keuntungan properti China sebanyak dua digit telah berakhir. Bahkan diperkirakan akan lebih banyak kerugian yang akan mereka derita.
"Real estate mungkin akan diubah menjadi utilitas seperti layanan publik. Margin keuntungan akan dibatasi dan tidak ada yang dibolehkan menghasilkan keuntungan besar," kata Hong Hao, direktur pelaksana dan kepala penelitian di Bocom International di Hong Kong, dikutip dari Forbes, Rabu (26/1/2022).
Analis mengatakan, Presiden China Xi Jinping mengharapkan pasar properti yang relatif tenang, di mana pengembang membangun perumahan dengan harga lebih terjangkau. Karena itu, dia bertekad untuk membatasi pinjaman berlebihan di sektor ini.
Selain itu, Xi juga ingin menghentikan kenaikan harga real estat yang meroket, yang telah membebani keuangan rumah tangga rata-rata, menghalangi mereka untuk membelanjakan lebih banyak uangnya untuk bidang-bidang seperti membesarkan anak, dan memperburuk kesenjangan kekayaan yang kian melebar antara si kaya dan si miskin.
Miliarder Hui Ka Yan menanggung beban terberat dari dampak kebijakan tersebut. Evergrande, yang pernah menjadi pengembang terbesar di negara itu berdasarkan kontrak penjualan, telah terjebak dalam krisis likuiditas setelah China menetapkan batas pinjaman dan mengeluarkan kebijakan tiga garis merah pada Agustus 2020.