Hal tersebut dimulai pada tahun-tahun awal Amerika Serikat yang baru dibentuk dengan argumen antara Menteri Luar Negeri pertama AS Thomas Jefferson, dan Menteri Keuangan pertama AS, Alexander Hamilton.
Hamilton menginginkan satu bank nasional yang dominan, dan Jefferson khawatir pengaruh bank raksasa akan membuat bank-bank berbasis negara bangkrut. Namun Presiden pertama AS saat itu, George Washington berpihak pada Hamilton sehingga negara tersebut mendirikan bank nasional pertamanya pada 1791, diikuti bank nasional kedua pada 1816.
Tetapi oposisi tipe Jeffersonian, membiarkan bank negara berkembang biak selama beberapa dekade tanpa persaingan nasional. Kemudian Presiden AS Abraham Lincoln membawa kembali bank-bank nasional selama Perang Sipil, dan sistem perbankan AS menetap dalam struktur yang sebagian tersentralisasi (Hamilton) dan sebagian terdesentralisasi (Jefferson).
Undang-undang membatasi seberapa besar bank individu bisa menjadi, melindungi banyak pemberi pinjaman yang beroperasi dalam batas hiper-lokal.
"Ada tradisi di AS dan kami masih memiliki aspek ini hari ini, semacam perhatian populis tentang bank besar, terutama bank kota besar," kata Profesor Fakultas Hukum Universitas Fordham Richard Squire, dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (16/4/2023).
Jumlah bank berlipat ganda ketika AS berkembang, mencapai lebih dari 10.000 pada 1900 dan puncaknya lebih dari 30.000 pada 1921. Ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Federal Reserve Bank of St. Louis.
Namun Depresi Hebat membuat sejumlah bank tutup, tetapi AS masih memiliki lebih dari 13.000 bank pada pertengahan 1930-an. Jumlahnya sedikit berkurang pada akhir 1980-an hingga 1990-an ketika terjadi krisis perbankan, konsolidasi industri, dan deregulasi.
Salah satu perlindungan utama bagi pemberi pinjaman lokal jatuh pada dekade terakhir abad ke-20 ketika beberapa negara bagian dan kemudian Kongres mengizinkan bank yang lebih besar untuk mengakuisisi saingannya lintas negara bagian. Hal ini dilarang keras selama beberapa dekade sebelumnya.
Hal tersebut dan kekacauan krisis keuangan pada 2008, membuka jalan bagi berdirinya segelintir raksasa bank yang mendominasi bisnis perbankan saat ini. Jumlah bank AS kini turun lebih dari 40 persen sejak 2008.
Beberapa orang berpendapat bahwa banyak bank kecil dan regional yang masih ada pada akhirnya akan diakuisisi atau gulung tikar karena bank raksasa terus mengerahkan kekuatannya. Dan bahwa krisis perbankan regional yang mengguncang industri pada Maret lalu dapat memberikan momentum baru karena bank-bank kecil berjuang untuk beradaptasi dengan periode suku bunga yang lebih tinggi tanpa banyak pilihan seperti saingan mereka yang lebih besar.
"Jumlah bank (di AS) akan terus turun karena terlalu besar untuk gagal adalah fenomena yang nyata," ujar Squire.
Profesor keuangan dan real estat di Columbia Business School Tomasz Piskorksi mengatakan, kerentanan baru itu dapat memiliki konsekuensi yang lebih besar bagi perekonomian jika para bankir lokal memutuskan menarik kembali pinjaman baru. Menurut data The Fed, pinjaman di bank-bank kecil memang turun sebesar 74 miliar dolar AS dalam dua minggu yang berakhir 29 Maret 2023.
"Bank bahkan tidak harus gagal. Mereka hanya harus tidak mau meminjamkan," ucapnya.