JAKARTA, iNews.id - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar mengatakan, tingkat inklusi masyarakat Indonesia cukup tinggi. Namun, tidak diimbangi dengan tingkat literasi keuangan yang masih tergolong rendah.
"Jadi kelihatan betul bahwa kebutuhan untuk peningkatan literasi yang semula memang antara lain untuk mengurangi risiko masyarakat supaya tidak terjebak dari pinjol ilegal karena di satu sisi inklusi keuangan kita cukup tinggi tetapi literasinya masih rendah," kata dia dalam sambutannya pada acara penutupan Bulan Inklusif Keuangan (BIK) di Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
Dia berharap, lewat kegiatan ini, masyarakat bisa meningkatkan pemahaman terkait produk dan/atau layanan jasa keuangan melalui berbagai program literasi dan inklusi keuangan. OJK pun akan terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat hingga ke pelosok.
Sementara bersamaan dengan penutupan BIK, OJK juga mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, yang menunjukkan terjadi peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia tercatat sebesar 49,68 persen dan inklusi keuangan mencapai 85,1 persen. Ini meningkat dibanding hasil SNLIK 2019, di mana indeks literasi keuangan 38,03 persen dan inklusi keuangan 76,19 persen.
Adapun proses pengambilan data SNLIK 2022 dilakukan sejak Juli hingga September 2022 di 34 provinsi, yang mencakup 76 kota/kabupaten dengan responden sebanyak 14.634 orang berusia antara 15 hingga 79 tahun, yang dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Selain itu, juga dibantu dengan sistem Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI).
Hasil SNLIK ini diharapkan bisa menjadi dasar bagi OJK dan seluruh stakeholder dalam membuat kebijakan, menyusun strategi, dan merancang produk/layanan keuangan yang sesuai kebutuhan konsumen, serta bisa meningkatkan perlindungan masyarakat.