JAKARTA, iNews.id - Sinar matahari terasa sangat terik menyengat kulit, saat melintasi Jalan Katedral, Jakarta Pusat. Jalan itu menjadi pembatas antara dua rumah ibadah agama besar di Indonesia, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Dua simbol agama Islam dan Katolik ini saksi bisu kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia dalam perjalanan apostolik pada 5 September 2024. Kunjungan yang akan selalu dikenang masyarakat Indonesia bersama pesan-pesan perdamaian pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu.
Paus Fransiskus dalam kunjungannya bertema iman, persaudaraan dan bela rasa, turut menyerukan untuk menjaga planet bumi sebagai rumah bersama. Ini bagian dari Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkannya tahun 2015 dengan subjudul dalam kepedulian untuk rumah kita bersama, yang mengajak untuk menjaga dan merawat alam dari kehancuran.
Surat pastoral Paus untuk seluruh Gereja Katolik, Laudato Si yang dalam bahasa Italia berarti “Puji Bagi-Mu” ini mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali dan menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Paus mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil aksi global yang terpadu dan segera untuk merawat serta memulihkannya. Pesan ini pula yang selalu digaungkan Paus Fransiskus saat mengunjungi berbagai negara, selain kerukunan dan kerja sama antaragama serta perdamaian.
Di Indonesia, Paus tak hanya menyampaikan pesan tapi juga melakukan aksi nyata. Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio itu secara simbolis mendukung gerakan menjaga bumi dengan menyiram pohon bakau. Aksi itu dilakukan di Gedung Graha Pemuda, di bawah cahaya lampu yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang di atap-atap kompleks bangunan Gereja Katedral Jakarta.
PLTS Atap di Gereja Katedral selama ini bisa memproduksi 238,02 Kilowatt peak (kWp) atau setara dengan 183 unit rumah dengan daya 1.300 watt. Dengan panel surya sebanyak itu, Gereja Katedral bisa menghemat biaya listrik sampai 30 persen dari biasanya. Bahkan, gereja ini mendapat apreasiasi Museum Rekor Dunia Indonesia atau MURI sebagai gereja yang menerapkan pesan 'Laudato Si'.
"Tahun 2021 ada penghargaan MURI di mana Gereja Katedral yang melakukan salah satu imbauan Bapak Paus dalam rangka 'Laudato Si' ini dengan menggunakan listrik dari tenaga surya," kata Hubungan Masyarakat (Humas) Keuskupan Agung Jakarta dan Gereja Katedral, Susyana Suwadie saat ditemui iNews, Selasa (28/10/2024).
Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia menyentuh hati masyarakat Indonesia, sebagai salah satu negara yang berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim, sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Masyarakat diajak untuk merawat bumi, menjaga lingkungan hidup dan keberlangsungan seluruh makhluk hidup tanpa terkecuali. Gerakan keberlanjutan harus didukung, salah satunya dengan menggiatkan hemat listrik melalui panel energi surya. Selain hemat, panel surya adalah salah satu sumber energi terbarukan yang menawarkan harapan besar dalam mengatasi krisis iklim.
"Bapak Suci Paus memberikan pesan-pesan, salah satunya pesan khusus itu terhadap kita umat Katolik dunia, bagaimana kita harus menjadikan bumi sebagai rumah bersama dalam apa yang disebut Ensiklik Laudato Si," kata Susyana.
Bukan hanya kepada umat Katolik, pesan hangat Paus Fransiskus juga ditujukan kepada umat agama lain yang turut menghadiri pertemuan dengan tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal, September lalu. Pertemuan itu menghasilkan Deklarasi Istiqlal, sebuah dokumen yang menegaskan komitmen terhadap kerukunan antarumat beragama.
Dalam Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar ketika mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, 5 September 2024, dua masalah krusial di dunia saat ini menjadi sorotan. Dehumanisasi dan perubahan iklim.
Deklarasi Istiqlal menyerukan tindakan tegas untuk melindungi lingkungan hidup dan sumber dayanya. Krisis iklim yang terjadi saat ini akibat dari tindakan manusia. Eksploitasi manusia terhadap ciptaan Tuhan, rumah kita bersama, telah berkontribusi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi.
"Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati, kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas, guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya, karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita," demikian isi poin terakhir The Istiqlal Declaration 2024.
Dokumen deklarasi itu ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar yang disaksikan para tokoh agama lain di antaranya Gus Yahya Staquf dari Nahdlatul Ulama (NU), Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, Jacky Manuputty dari Gereja Protestan, Wisnu Bawa Tenaya dari perwakilan Hindu, Philips Kuncoro Wijaya dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Bhante Dhammasubho dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Budi Tanuwibowo dari Konghucu dan Engkus Kuswara dari aliran kepercayaan.
Sama seperti Gereja Katedral, Masjid Istiqlal juga menerapkan berbagai upaya untuk menjaga bumi. Salah satunya dengan menggunakan panel surya sebagai salah satu sumber listrik. Hasilnya bisa menghemat pengeluaran listrik Masjid Istiqlal hingga 30 persen.
"Ya, Istiqlal sejak direnovasi sudah dirancang ramah lingkungan. Sebagian air wudhu sudah di-recycle agar airnya tidak terbuang dan digunakan untuk nyiram tanaman. Juga solar cells yang ada sudah menghemat 28 sampai 30 persen kebutuhan listrik Istiqlal," kata Pengelola Kehumasan, Sistem Informasi dan Publikasi pada Sekretariat Masjid Istiqlal Ismail Cawidu sat ditemui.