Dengan demikian, krisis properti China menjadi ancaman pada pertumbuhan ekonomi global, setelah adanya konflik Geopolitik, pandemi covid 19, dan krisis iklim yang sedang terjadi. “Dampak global sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat rendah dari China," kata Alicia García-Herrero.
Dia mengungkapkan, Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa setiap penurunan 1 poin persentase dalam PDB Tiongkok menghasilkan pengurangan 0,3 persen dalam PDB global.
"Sedangkan pada sebuah studi tahun 2019 oleh Federal Reserve Amerika Serikat, para ekonom memperkirakan penurunan 8,5 persen dalam PDB China akan mengakibatkan penurunan 3,25 persen PDB di negara maju dan hampir 6 persen penurunan PDB di negara berkembang," ungkap Alicia García-Herrero.
Ekonomi China mungkin memang tidak mengalami kemerosotan ekonomi secara tajam, namun jika kemerosotannya berlarut-larut, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi global di tahun-tahun mendatang.
"Kami hanya bisa melihat periode pertumbuhan yang lambat, sesuatu yang lebih seperti skenario Jepang, semacam perlambatan yang parah selama bertahun-tahun bahkan tidak ada kesulitan keuangan akut atau kepanikan di pasar," tutur Alicia García-Herrero.