"Bandara Bali tentunya kita mengikuti satu kondisi alam kalau ada suatu kondisi tertentu yang tidak memungkinkan pesawat itu mendarat dan take off secara baik kita memang mengeluarkan suatu catatan-catatan sehingga itu dilakukan upaya-upaya yang lain," ujarnya.
Namun penutupan bandara Bali hingga kini masih belum maksimal karena bersifat sementara. Ia berharap tidak terjadi letusan kembali seperti Januari lalu tapi pihaknya bersama Angkasa Pura I dan AirNav telah bersiap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
"Kita berharap kejadian yang seperti beberapa bulan lalu itu tidak terjadi lagi. Tapi Kemenhub melalui AP 1, AirNav, dan semua pihak sudah siap untuk menghadapi beberapa kemungkinan," tuturnya.
Penutupan sementara Bandara Ngurah Rai diputuskan lewat penerbitan Notice to Airmen (NOTAM) A2551/18 oleh Direktorat Navigasi Penerbangan. Hal ini langsung dieksekusi oleh PT Angkasa Pura I (Persero) selaku operator bandara di wilayah selatan Bali itu.
Keputusan ini diambil berdasarkann evaluasi laporan pilot yang melaporkan keberadaan abu vulkanik di ruang udara pada ketinggian 15.000 - 23.000 kaki di atas permukaan laut (AMSL), serta data RGB Citra Satelit cuaca Himawari pukul 01:00 WITA yang menunjukkan pergerakan arah angin dengan kecenderungan ke arah barat dan barat daya. Berdasarkan model trayektori BMKG tersebut, diprediksi abu vulkanik akan memasuki ruang udara bandara pada pagi hari.