Arifin menambahkan, realisasi skema Production Sharing Contract (PSC) cost recovery hingga Mei 2024 mencapai 2,51 miliar dolar AS atau 30 persen dari yang ditetapkan sebesar 8,25 miliar dolar AS.
Arifin memperkirakan realisasi cost recovery sepanjang tahun ini sedikit diatas batas yang ditetapkan, yakni sebesar 8,26 miliar dolar AS. Artinya, serapan cost recovery berpotensi membengkak dari realisasi tahun 2023 yang hanya 7,67 miliar dolar AS.
"Lalu pada APBN 2025, kami usulkan (cost recovery) sebesar 8,5-8,7 miliar dolar AS," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menilai sangat wajar apabila lifting minyak Indonesia terus menurun. Hal tersebut tuntutan semesta dengan melemahnya produksi pada lapangan-lapangan tua.
Oleh sebab itu, Mulyanto meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan sebaiknya merelakan target produksi 1 juta BOPD tahun 2030 begitu saja karena target itu sudah sangat tidak mungkin untuk dicapai.
"Karenanya kita relakan saja, ya segini-segini saja lah ya jangan terlalu tinggi. Tapi kalau bisa, cost recovery juga jangan tinggi-tinggi dong," kata Mulyanto.