KARAWANG, iNews.id – Sejak terjun di bisnis pembenihan ikan lele mutiara, beberapa tahun silam, Ahmad Husnaeni (31) selalu konsisten menjaga kualitas produknya. Dia punya prinsip, mutu lele yang baik untuk dikonsumsi itu ditentukan sejak dari benih.
“Orang yang bergerak di bisnis pembesaran lele pun, kalau enggak ada benih yang berkualitas, mana bisa dia berproduksi sampai panen. Tetap saja kunci utama dalam usaha atau budi daya lele itu ada di benihnya,” kata lelaki itu kepada iNews.id, Selasa (29/3/2022).
Ahmad mengungkapkan, lele mutiara pertama kali diluncurkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015. Lele tersebut adalah hasil persilangan antara lele mesir, paiton, sangkuriang, dan dumbo yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter pertumbuhan. Galur baru tersebut diperoleh lewat penelitian para ahli perikanan di Balai Riset Pemulihan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Lele mutiara memiliki keunikan dibandingkan dengan kebanyakan jenis lele yang beredar di pasar pada umumnya. Laju pertumbuhannya 10-40 persen lebih tinggi. Durasi pemeliharaannya pun terbilang singkat, yaitu berkisar 40-80 hari saja. Selain itu, daya tahan lele mutiara juga relatif tinggi.
“Oleh penemunya, diberilah nama strain baru ini lele mutiara. Kata ‘mutiara’ itu sebenarnya singkatan dari ‘mutu tinggi tiada tara’,” ungkapnya.
Semua benih lele mutiara yang dibudidayakan Ahmad adalah produksi sendiri, mulai dari tahap pemijahan (pengawinan antara lele induk dan pejantan), pemeliharaan larva, hingga panen pada saat usia benih mencapai 25 hari.
Di tempat pembenihan lele miliknya, Ahmad dibantu lima pekerja. Mereka kebagian tugas yang berbeda-beda, mulai dari penyortiran ikan, pemberian pakan, hingga pengiriman ke konsumen. “Karena benih ini sangat rentan, risiko kematiannya sangat tinggi, jadi harus ada tenaga ahlinya juga dalam mengelola,” tutur pria kelahiran 1991 itu.
Ahmad kini memiliki 110 kolam benih lele di pekarangan rumahnya. Dari semua kolam itu, dia bisa memanen antara 150.000 hingga 300.000 benih lele per bulan. Sementara harga satu benih dia patok sebesar Rp200 saja. Dengan kata lain, omzet yang dia hasilkan setiap bulan berkisar antara Rp30 juta – Rp60 juta.