Pelemahan mata uang akan membuat impor lebih mahal bagi negara-negara zona Eropa, terutama barang-barang yang dihargai dalam dolar AS seperti minyak mentah. Itu bisa berkontribusi pada inflasi yang lebih tinggi di zona Eropa, yang sudah mencapai 8,6 persen pada Juni.
Seorang juru bicara ECB mengatakan, tidak menargetkan nilai tukar tertentu.
"Namun kami selalu memperhatikan dampak nilai tukar terhadap inflasi, sejalan dengan mandat kami untuk stabilitas harga," kata dia, dikutip dari BBC, Kamis (14/7/2022).
Sementara itu, EBC diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga pada pekan depan.
Adapun euro telah jatuh hampir 12 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun. Mata uang tersebut sebelumnya bernilai lebih dari dolar AS untuk sebagian besar sejarahnya. Terakhir kali diperdagangkan di bawah dolar AS pada Desember 2002 atau kurang dari setahun setelah uang kertas dan koin euro diperkenalkan untuk pertama kalinya.