RIYADH, iNews.id - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya atau OPEC+ akan memangkas produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari (bph), yang merupakan pemotongan terbesar sejak awal pandemi Covid. Pemangkasan ini akan mulai dilakukan bulan depan meski ada tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Kelompok produsen minyak utama, yang terdiri atas Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak setelah pertemuan pertama sejak Maret 2022, pada Rabu (5/10/2022) waktu setempat. Pengurangan tersebut setara dengan 2 persen dari permintaan minyak global.
Keputusan tersebut berisiko mendorong harga bensin lebih tinggi karena naiknya harga minyak mentah. Harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 1 persen menjadi hampir 93 dolar AS per barel, sementara minyak AS melesat 1,5 persen menjadi 87,75 dolar AS setelah pengumuman tersebut.
Presiden AS Joe Biden menyatakan kekhawatirannya tentang pemangkasan besar-besaran produksi minyak oleh OPEC+.
"Saya perlu melihat detailnya seperti apa. Saya khawatir, itu (pemangkasan produksi minyak) tidak perlu," katanya, dikutip dari CNN Business, Kamis (6/10/2022).
Pengurangan produksi akan dimulai pada November mendatang, dan OPEC serta sekutunya akan bertemu lagi pada Desember 2022. OPEC+ menyatakan keputusan memangkas produksi dibuat menyusul ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global.