Dalam G20 Leaders Summit, lanjutnya, Indonesia turut memperoleh dukungan finansial dari lembaga internasional dan negara besar untuk transisi energi. Pertama, dukungan pendanaan untuk mekanisme transisi energi sejumlah 20 miliar dolar AS melalui Just Energy Transition Program Partnership (JETP), untuk membantu Indonesia meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Kedua, pendanaan dari Asia Zero Emission Community (AZEC) sejumlah 500 juta dolar AS, untuk mengimplementasikan program transisi energi dan memperluas kemitraan publik-swasta dan inisiatif dekarbonisasi.
“Indonesia telah menyusun peta jalan transisi energi untuk mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat dengan mengembangkan 700 Giga Watt (GW) pembangkit energi terbarukan yang berasal dari matahari, angin, air, bio energi, laut, panas bumi, serta nuklir," ungkap Rida.
Pemerintah juga telah menetapkan strategi penghentian secara bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Batubara berdasarkan kontrak maksimal 30 tahun. Selain itu, Indonesia berencana membangun Super Grid untuk menggenjot pengembangan energi terbarukan sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan.
Dengan menghubungkan kepulauan Indonesia melalui Super Grid, maka bakal memainkan peran penting dalam membuka peluang industri hijau dengan mencocokkan potensi terbarukan dengan pusat permintaan industri.