Menurutnya, memasuki bulan Februari menjadi waktu musim panen padi jika mulai melakukan penanaman pada bulan Desember 2023 lalu. Akan tetapi, akibat fenomena perubahan iklim membuat masa tanam mundur dan waktu panen juga ikut mundur.
Adanya anomali perubahan iklim hingga konversi lahan pertanian, akhirnya membuat siklus tahunan surplus padi di Indonesia ikut berubah. Alimoeso menyebut, lima tahun lalu Indonesia setidaknya mengalami surplus tujuh sampai delapan bulan per tahun, sedangkan kondisi minus dialami sekitar empat hingga lima bulan.
Namun, kondisi tersebut saat ini telah berbanding terbalik. Surplus padi hanya tinggal tiga sampai empat bulan, sedangkan minusnya delapan hingga sembilan bulan. Perubahan siklus inilah yang menjadi penyebab ketersedian beras di pasar berkurang, akhirnya membuat harga melonjak tajam belakangan.
"Apalagi ada faktor lain, penggilingan padi kita sejak beberapa tahun lalu jumlahnya berlebih, sudah hampir dua kali lipat saat ini, tapi pemerintah menambah terus penggilingan padi, alasannya invetasi yang besar, akhirnya itu yang menambah perebutan gabah di lapangan, akhirnya menaikan harga," ucapnya.