JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso menyebut bahwa saat ini kondisi penggilingan padi masih kesulitan mendapat gabah. Hal ini berdampak pada turunnya ketersediaan beras di pasar, sehingga membentuk harga yang lebih mahal dari sebelumnya.
Alimoeso membeberkan, sulitnya mendapatkan pasokan gabah disebabkan oleh beberapa hal, seperti Fenomena El Nino hingga alih fungsi lahan pertanian.
Dia menuturkan, luas panen padi di Indonesia setiap tahunya mengalami penyusutan. Paling banyak terjadi setidaknya pada lima tahun ke belakang. Berkurangnya luas panen itu praktis membuat produksi gabah juga mengalami penyusutan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), volume produksi padi atau gabah kering giling (GKG) Indonesia sebanyak 81,07 juta ton pada tahun 2017. Namun pada tahun 2018 produksinya anjlok menjadi 59,2 juta ton. Penurunan juga diikuti pada tahun 2019 menjadi 54,6 juta ton, dan jumlahnya stagnan hingga saat ini.
"Karena data lima tahun terakhir itu luas panen padi kita selalu turun. Ada konversi ke industri, infrastruktur, perumahan, ini berjalan terus pengurangan lahan itu," ujar Alimoeso saat dihubungi iNews.id, Selasa (20/2/2024).