Pengusaha Ini Tinggalkan AS Pindah ke Bali, Hidup Mewah dengan Biaya Rp31,7 Juta per Bulan

Suparjo Ramalan
Olumide Gbenro, pengusaha yang pindah dari AS ke Bali dan hidup mewah dengan biaya Rp31,7 juta per bulan. Foto: IG Olumide Gbenro

Pengeluaran terbesarnya adalah sewa apartemen dan utilitas sekitar 1.010 dolar AS setiap bulan. Gbenro tinggal di apartemen satu kamar tidur di sebuah gedung dengan gym pribadi, kolam renang, dan restoran di lantai bawah.

Dia menghabiskan sekitar 600 dolar AS setiap bulan untuk makanan, sering kali memesan makanan dari restoran lokal di aplikasi populer bernama Gojek. Pengeluaran Gbenro lainnya yang lebih besar termasuk asuransi kesehatan, transportasi dengan menyewa sepeda motor dengan biaya 98 dolar AS, telepon 28 dolar AS, asuransi kesehatan 137 dolar AS, binatu 60 dolar AS, dan traveling 300 dolar AS.

Gbenro suka bepergian setidaknya sekali setiap bulan dan sering pergi ke Uluwatu, sebuah wilayah kecil di ujung barat daya Bali yang terkenal dengan surfing.

"Saya mungkin menghabiskan uang yang sama dengan yang saya keluarkan setiap bulan jika saya tinggal di San Diego, tetapi kualitas hidup saya jauh lebih tinggi. Saya menjalani kehidupan yang mewah," ujarnya.

Gbenro mengatakan, bagian paling menantang dalam membangun kehidupan barunya di Bali adalah berjuang melawan kesepian. 

"Saya pergi ke pantai setiap hari, minum kelapa dan melihat matahari terbenam yang indah, tetapi saya tinggal sendiri dan tidak punya teman di sini," ujarnya.

Begitu dia mulai mengunjungi ruang kerja di Bali dan menghadiri acara networking secara langsung, Gbenro mengatakan, menjadi lebih mudah untuk membangun persahabatan dekat dengan ekspatriat dan penduduk lokal lainnya. Dia bisa bahasa Indonesia, tetapi banyak orang yang tinggal di Bali juga berbicara bahasa Inggris.

"Saya benar-benar dicintai dan disambut oleh orang Bali. Semua orang selalu tersenyum, mereka benar-benar tulus yang tidak bisa Anda dapatkan di tempat lain," ucapnya.

Gbenro mengatakan, dia tidak mengalami ketidaknyamanan dan diskriminasi yang sama seperti yang dia hadapi di AS. 

"Bali tidak memiliki sejarah yang sama dengan Amerika dengan rasisme dan diskriminasi menurut saya, mereka lebih menerima orang asing dan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Orang hanya melihat saya sebagai sesama manusia, bukan orang kulit hitam," tuturnya.

Dia juga menganut beberapa tradisi lokal dalam rutinitas sehari-harinya, di mana setiap pagi bangun pukul 08.00 dan bermeditasi sebelum menyeduh secangkir teh dan memeriksa emailnya. Meditasi telah lama menjadi bagian dari agama Hindu, yang merupakan agama populer di Bali.

"Ini keputusan terbaik yang pernah saya buat," kata Gbenro tentang pindah ke Bali. 

Dia berencana untuk menghabiskan sisa hidupnya di Bali dan memiliki rumah di San Diego, Turki dan Karibia yang bisa dia kunjungi beberapa kali dalam setahun.

"Sesuatu tentang Bali membuat saya berada di sini. Akhirnya terasa seperti di rumah," ujar Gbenro.

Editor : Jujuk Ernawati
Artikel Terkait
Internasional
12 jam lalu

Terancam Diserang Amerika, Presiden Venezuela Maduro Janji Tak Akan Tinggalkan Rakyat

Internasional
14 jam lalu

Bantah Trump, Politisi Muslimah AS Ilhan Omar Beberkan Data Imigran Somalia Bukan Bebas AS

Internasional
15 jam lalu

Disebut Sampah oleh Trump, Ini Jawaban Pedas Politisi Partai Demokrat Ilhan Omar

Internasional
16 jam lalu

Trump Usir Imigran Somalia dari Amerika, Sebut Tak Berguna

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal