Sejak memulai bisnisnya, Go-Jek tidak hanya terpaku pada bisnis yang memiliki pasar terbesar dalam melakukan ekspansi layanan. Melainkan layanan apa yang dicari dan bisa memenuhi kebutuhan konsumennya.
"Go-Jek jadi gerakan sendiri, suatu revolusi di bidang teknologi dan kemanusiaan," kata dia.
Tiga tahun awal Go-Jek berdiri tidak ada satu pun investor yang bersedia mendanai. Hal ini membuat Nadiem mencari sumber pendanaan secara pribadi.
"3-4 tahun tidak ada yang danai jadi bersusah-susah pinjam uang dari teman, keluarga. Bahkan saya kerja di tempat lain untuk cari mencari nafkah dan danai Go-Kek," tutur dia.
Dia mengaku tidak pernah menyangka startup besutannya akan menjadi sebesar sekarang di mana banyak investor bersedia mengucurkan dananya. Bahkan, kini Go-Jek telah melebarkan sayap ke berbagai negara di Asia Tenggara.
"Dulu kita merasa ojek bukan sesuatu yang bisa diandalkan untuk pekerjaan. Sekarang justru jadi sektor ekonomi yang paling kuat dan paling berguna di seluruh Nusantara," ujarnya.
Kini Go-Jek telah memiliki 22 layanan dalam satu aplikasi, lebih dari 2 juta mitra pengemudi Go-Ride, 400.000 merchant Go-Food, dan 60.000 mitra talent.