Lalu, 12 persen dana hasil IPO akan digunakan Perseroan untuk capex atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation and maintenance excellence.
Manajemen PGE menyampaikan, capex atau investasi pengembangan kapasitas tambahan sebesar 165 megawatt (MW) untuk Unit 2 di WKP Lumut Balai dan Margabayur (sebesar 55 megawatt) dan Unit 1 dan Unit 2 di WKP Hululais (sebesar 110 megawatt) akan dilakukan langsung oleh Perseroan.
Sedangkan, pihak yang akan melaksanakan pengembangan kapasitas tambahan untuk WKP lainnya saat ini masih belum dapat ditentukan, mengingat pengembangan usaha tersebut masih dalam tahap feasibility study maupun kesepakatan awal (memorandum of understanding atau head of agreement).
“Adapun capex atau investasi pengembangan untuk WKP lainnya tersebut dapat dilakukan langsung oleh Perseroan, atau melalui anak perusahaan baru yang akan didirikan oleh Perseroan,” ditulis dalam prospektus.
Sementara itu, sebesar 15 persen atau sebanyak-banyaknya 100 juta dolar AS dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara Perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai facility agent.
Pertamina Geothermal Energy dijadwalkan melantai di bursa pada 24 Februari 2023 dengan kode PGEO. Tanggal efektif diperkirakan akan didapat pada 16 Februari 2023. Kemudian, masa penawaran umum akan digelar pada 20 hingga 22 Februari 2023.
Lalu, tanggal penjatahan dan distribusi secara elektronik akan berlangsung pada 22 dan 23 Februari 2023. Dalam IPO ini, perseroan menunjuk PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.