JAKARTA, iNews.id - Perum Bulog mulai melakukan huluisasi sebagai pilot project. Hal ini dilakukan untuk menciptakan ketahanan pangan yang kuat karena dibutuhkan kerja sama antara para pelaku rantai pasok pangan dari hulu ke hilir.
Berdasarkan prognosa neraca pangan nasional dari Badan Pangan Nasional, kebutuhan beras di Indonesia mencapai 31,2 juta ton. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), telah terjadi penurunan produksi pada periode 4 bulan pertama di tahun 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Hal ini disebabkan berbagai faktor termasuk krisis iklim, fenomena El Nino serta menyusutnya jumlah lahan sawah.
Ekonom Pangan dari Universitas Indonesia, M Ikhsan menuturkan, produksi beras Indonesia saat ini menurun, sedangkan kebutuhan akan beras naik.
"Itulah sebabnya indeks ketahanan pangan kita berada di bawah Singapura, yang merupakan negara non-produsen beras. Sejak terjadinya Revolusi Hijau, masyarakat kita sangat tergantung kepada beras sebagai makanan utama karena tidak adanya diversifikasi pangan,” ucap Ikhsan.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan, melalui program Mitra Tani, pihaknya mendampingi para petani termasuk memperbaiki dan membantu mengatasi masalah seperti kekurangan akses pupuk dan bibit unggul serta menjadi penjamin pembiayaan produksi.
“Saat ini sudah 1.000 Hektare lahan sawah yang menjadi Mitra Tani dari Perum Bulog dari target pengelolaan 100.000 hektare. Tentunya jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan jumlah 7 juta hektare sawah di Indonesia. Namun diharapkan melalui program pendampingan ini, kami bisa membantu meningkatkan produksi beras dari mitra-mitra kami serta menginspirasi program-program serupa lainnya,” kata Bayu.