Menurutnya, Indonesia membeli beras melalui tender Bulog dengan harga CNF sekitar 568 dolar AS per ton atau dengan harga FOB sekitar 530 dolar AS per ton. Angka ini lebih rendah dari penawaran TLG sebesar 538 dolar AS per ton.
“Harga FOB kami lebih tinggi 5-8 dolar AS per ton,” ucap dia.
Sementara itu, Bulog khawatir isu mark up beras bisa berdampak pada kelancaran pembelian beras Indonesia dari Vietnam hingga akhir tahun 2024. Selain itu, isu ini dinilai bisa mempengaruhi hubungan bilateral perdagangan kedua negara.
Direktur Transformasi dan Hubungan Antar Lembaga Bulog, Sonya Mamoriska mengatakan, pihaknya mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras sebesar 3,6 juta ton sepanjang tahun ini.
Pada periode Januari-Mei 2024, jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton. Impor dilakukan Bulog secara berkala dengan melihat neraca perberasan nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah dalam negeri.
Adapun, hingga akhir Juni BUMN pangan ini sudah menyerap 800.000 ton beras dalam negeri dan optimis bisa mencapai 1 juta ton, sesuai target yang telah ditetapkan.
“Kami terus menjaga komitmen untuk tetap menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang tepercaya sehingga bisa berkontribusi lebih bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan hal ini tentunya sesuai dengan ke-4 visi transformasi kami, yaitu kepemimpinan, kepercayaan, pelayanan terbaik dan kesejahteraan masyarakat,” ucap Sonya Mamoriska.