"Kemudian ekspor minyak Rusia yang beberapa saat ini kemungkinan akan ada ancaman keluar tanggal 5 Desember, apakah ekspor terhambat dengan kebijakan itu," ujar Dwi.
Kondisi lain yang juga memengaruhi pergerakan harga minyak, yaitu reaksi Rusia terhadap sanksi pembatasan harga minyak (price cap) dari negara maju, konflik antara Iran dan AS, dan penggunaan energi nuklir juga akan menyulitkan prediksi harga minyak tahun depan.
Dwi mengungkapkan, kebijakan perusahaan migas global terhadap alokasi keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga minyak juga akan berpengaruh. Dia berkata, investasi dari keuntungan yang diperoleh ke hulu migas hanya 27 persen.
Selebihnya akan digunakan perusahaan untuk membayar utang, konsolidasi bisnis, investasi lain seperti di sektor EBT, dan sebagian akan digunakan untuk membayar dividen.
"Meskipun harga naik tajam, investasi tidak signifikan pertumbuhannya jadi banyak pertanyaan harga tinggi kenapa investasi tak setinggi harga minyak. Mereka lihat kondisi dinamis, ada ancaman krisis sehingga dahulukan bayar utang," tutur Dwi.