Bahkan, digadang-gadang bisa memenuhi 70-80 persen atau sekitar 4,5-5 juta ton kebutuhan pupuk secara nasional ketika pabrik sudah beroperasi penuh. Dia yakin jika hal ini berjalan lancar, pabrik bisa mengantarkan industri pupuk nasional menjadi yang terbesar di Asia Pasifik.
Pupuk Kalimantan Timur sendiri sudah mengamankan sejumlah infrastruktur dasar, terutama soal fasilitas pasokan gas alam. Bahan baku produksi pupuk itu akan dipasok dari Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL). Rahmad memastikan sumber gas yang dipasok untuk proyek diambil dari sumber gas yang telah disepakati yakni Lapangan Asap, Merah, dan Kido (AMK) di Kasuri, Papua Barat.
Proyek di klaster pupuk tersebut memang mendapat perhatian serius pemerintah karena mempunyai multiplier effect atau dampak positif yang begitu besar.
Tak heran jika Pupuk Indonesia harus menggelontorkan nilai investasi kurang lebih 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp15,69 triliun untuk pembangunan pabrik baru ini.
Menurut hitungan perusahaan, lanjut Rahmad, potensi kontribusi pabrik terhadap pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai Rp 10 triliun. Sementara sumbangsihnya bagi pendapatan negara diperkirakan berada di angka Rp20 miliar per tahun dan Rp15 miliar untuk pendapatan pemerintah daerah setempat.
Selama durasi pembangunan atau masa puncak konstruksi, pabrik pupuk Fakfak mampu penyerapan 10.000 tenaga kerja baru dan 400 orang ketika pabrik beroperasi. Oleh karena itu, kehadiran proyek strategis ini juga menjadi upaya perusahaan dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Papua Barat.