JAKARTA, iNews.id - Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengungkapkan industri hilir sawit nasional mengalami pertumbuhan positif pada 2018 baik untuk sektor minyak nabati, oleokimia, maupun biodiesel.
Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan, ada sejumlah faktor yang mendukung pertumbuhan positif industri hilir yaitu produk biodiesel tidak lagi dibebani tarif tinggi oleh Uni Eropa. Kemduian diplomasi dagang pemerintahan Joko Widodo yang sangat aktif, tindakan retaliasi AS dengan sejumlah negara seperti Tiongkok, Meksiko, maupun Uni Eropa, dan menguatnya kurs dolar.
"Faktor inilah yang membawa angin segar bagi perdagangan sawit di pasar global," kata Sahat dalam silaturahmi bersama media dengan tiga asosiasi industri hilir sawit yaitu Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), Sabtu (2/6/2018).
Sementara itu, Ketua Umum APOLIN Rapolo Hutabarat memproyeksikan volume ekspor produk oleokimia tumbuh 22 persen menjadi 4,4 juta ton, dibandingkan tahun lalu berjumlah 3,6 juta ton. Peningkatan ekspor oleokimia ditopang tren kenaikan konsumsi global produk oleokimia di sektor kosmestik, industri, ban dan pengeboran minyak.
Di dalam negeri, menurut dia, kegiatan ekspor semakin menarik karena ada investasi baru oleokimia seperti PT Energi Sejahtera Mas dan Unilever. Seluruh faktor ini yang menopang pasokan industri oleokimia Indonesia ke pasar dunia dengan nilai ekspor mencapai 3,3 miliar dolar AS pada 2017.