Sedangkan, program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dan SSB (Subsidi Selisih Bunga) untuk hunian vertikal memiliki penyaluran yang rendah. Tercatat, pada tahun 2023 hanya sebesar 992 unit atau 0,05 persen yang dimanfaatkan.
"Pengembang di perkotaan menghadapi tantangan dalam menyediakan rumah tapak karena tingginya harga tanah, meskipun konsumen lebih menyukai rumah tapak," tutur dia.
Selain itu, Herry juga menilai fasilitas pembiayaan perumahan untuk sektor informal masih cukup rendah, yakni hanya sekitar 18 persen dari total penerima manfaat.
Saat ini, kata Herry, pihaknya terus mendorong masyarakat untuk memiliki hunian lewat program sejuta rumah setiap tahunnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Harapannya, hal itu bisa menekan angka backlog yang tinggi.
"Intervensi perumahan lainnya termasuk Bantuan Stimulus Perumahan Swadaya (BSPS), Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga Pembelian Rumah (SSB), dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa)," pungkasnya.