Saat ini, lanjutnya, sejumlah investor sudah menjadi mitra IBC, dua diantaranya perusahaan raksasa baterai listrik global, LG Energy Solution asal Korea Selatan (Korsel) dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) asal China.
Namun untuk hilirisasi, perlu ada pabrik kendaraan listrik dimana BUMN turut berinvestasi, sehingga terbentuk ekosistem kendaraan listrik, mulai dari bahan baku nikel, baterai listrik, hingga kendaraan listrik yang semuanya diproduksi di Indonesia.
Dia menjelaskan, skema ekosistem kendaraan listrik, di sisi hulu, ada PT Antam (Persero) Tbk, dan PT Vale Indonesia Tbk, (INCO) nantinya menyediakan nikel untuk baterai kendaraan listrik.
Lalu, proses produksi motor listrik, ada anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, GESITS. Untuk produksi ESS Baterai ada NIPRESS, di battery swap motor ada Ezyfast dan PT Pertamina (Persero), dan di charging station mobil ada Starvo dan PT PLN (Persero).
CATL dan LG akan mengelola nikel menjadi baterai seperti HPAL, prekursor, katoda, battery cell & pak. Sementara, produsen mobil listrik, sampai saat ini baru Hyundai yang siap. Pabriknya akan beroperasi pada 2022 di Karawang, Jawa Barat. Jika StreetScooter masuk, maka produsen mobil listrik dalam ekosistem ini menjadi dua pemain.
Di lain sisi, Erick geram, sebab ada tuduh dia melakukan transaksi khusus dengan StreetScooter perihal rencana akuisisi oleh IBC. Menurutnya, tuduhan tersebut tidak berdasar karena belum ada transaksi sama sekali antara pihak konsorsium BUMN (IBC) dan StreetScooter.