Wakil Presiden Komunikasi dan Penelitian di Asosiasi Merek Konsumen Katie Denis menyebut, situasi ini diperkirakan tidak akan mereda setidaknya untuk beberapa minggu lagi. Dia menyebut hal ini disebabkan pada kelangkaan tenaga kerja.
Menurutnya, industri barang dalam kemasan konsumen kehilangan sekitar 120.000 pekerja dan hanya 1.500 pekerjaan yang ditambahkan bulan lalu. Sementara National Grocer's Association mengatakan bahwa banyak anggota toko kelontongnya beroperasi dengan kurang dari 50 persen kapasitas tenaga kerja mereka.
Pengecer AS sekarang menghadapi sekitar 12 persen dari tingkat stok makanan, minuman, pembersih rumah tangga, dan produk kebersihan pribadi dibandingkan dengan 7-10 persen pada waktu biasa.
Distributor bahan makanan AS, SpartanNash, pekan lalu mengatakan, semakin sulit mendapatkan pasokan dari produsen makanan, terutama barang olahan seperti sereal dan sup.
Konsumen terus menimbun bahan makanan saat mereka tinggal di rumah untuk menekan penyebaran varian Omicron. Denis mengatakan, permintaan selama lima bulan terakhir setinggi atau lebih tinggi dari pada Maret 2020 di awal pandemi. Masalah serupa juga terlihat di belahan dunia lain.
Di AS, badai salju dan es baru-baru ini yang mengganggu lalu lintas selama berjam-jam di sepanjang Pantai Timur juga menghambat pengiriman makanan yang menuju ke toko kelontong dan pusat distribusi. Penundaan tersebut beriak di seluruh negeri, menunda pengiriman buah dan sayuran dengan umur simpan yang terbatas.
Sementara petani dengan produk yang mudah rusak dipaksa untuk membayar tarif pengiriman yang meningkat untuk menarik pasokan truk yang terbatas, produsen seperti Myers memilih untuk menunggu jaminan simpanan mereda.