Dari hasil survei yang telah dilakukan, terlihat bahwa segmen milenial (usia 25-38 tahun) sudah memahami pentingnya asuransi dan paham bahwa mereka dapat membelinya melalui jalur distribusi digital (online).
Walaupun produk asuransi jiwa lebih dikenal dan diminati oleh segmen usia lebih tua (late millennial, usia 30-38 tahun), namun terkait kesadaran berasuransi segmen usia muda atau dikenal dengan Gen Z (usia 17-24 tahun) sudah mulai aware akan pentingnya perlindungan asuransi.
Peran agen atau financial advisor yang menawarkan informasi mengenai produk dan layanan asuransi jiwa masih menjadi jalur yang utama (di mana lebih dari 77 persen dari total premi baru dihasilkan dari jalur distribusi keagenan dan bancassurance), meski begitu penjualan jalur digital (digital insurance) sudah mulai terlihat (sekitar 0.01 persen) dari total premi baru Rp54,57 triliun (data Q2 2019–AAJI).
Penetrasi penggunaan internet dan pengguna media sosial di Indonesia diharapkan dapat mendorong penetrasi pasar market asuransi di Indonesia. Dengan wilayah yang sangat luas dan ribuan pulau, komunikasi digital adalah kunci utama mendekatkan diri dengan segmen milenial dan Gen Z tersebut.
Program-program marketing dari jalur digital ataupun media sosial, khususnya bagi segmentasi milenial dan Gen Z ke depannya diharapkan dapat mempengaruhi dan memberikan andil besar dalam penetrasi asuransi jiwa.