JAKARTA, iNews.id - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belum memutuskan skema penggabungan atau merger antara PT Citilink Indonesia dan PT Pelita Air Service (PAS). Sebab, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk belum menyampaikan laporan keuangan akhir tahun 2023.
Seperti diketahui, Garuda Indonesia memang menjadi pemegang saham mayoritas Citilink. Secara komposisi, saham Garuda sebanyak 97,80 persen atau setara 1.137.893 saham. Sementara, 2,20 persen atau sebesar 24.750 saham dikendalikan oleh oleh PT Aero Wisata.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan keuangan akhir tahun secara konsolidasi dari emiten dengan kode saham GIAA tersebut sebelum memutuskan skema merger Citilink dan Pelita Air.
“(Skema merger?) Belum, belum, kami tunggu laporan akhir tahun Garuda dulu,” ujar pria yang akrab disapa Tiko itu saat ditemui wartawan, Senin (8/1/2024).
Tiko menambahkan, merger kedua maskapai itu tergantung pada kemampuan keuangan Garuda Indonesia. Tercatat, GIAA masih memasuki fase restrukturisasi alias penyehatan keuangan.
Maka dari itu, Kementerian BUMN akan melakukan peninjauan atau review terhadap struktur keuangan Garuda Indonesia terlebih dahulu, sebelum aksi merger Citilink dan Pelita Air dilakukan.