Adapun, Rusia telah memblokir Telegram pada tahun 2018 setelah aplikasi tersebut menolak untuk mematuhi perintah pengadilan untuk memberikan akses kepada layanan keamanan negara ke pesan terenkripsi milik penggunanya.
Tindakan tersebut tidak banyak berpengaruh pada ketersediaan Telegram di sana, tetapi memicu protes massal di Moskow dan kritik dari LSM.
Namun, popularitas Telegram yang semakin meningkat telah mendorong pengawasan dari beberapa negara di Eropa, termasuk Prancis, terkait masalah keamanan dan pelanggaran data.
Pada bulan Mei, regulator teknologi Uni Eropa mengatakan bahwa mereka telah menghubungi Telegram karena perusahaan tersebut hampir mencapai kriteria penggunaan utama yang dapat membuatnya tunduk pada persyaratan yang lebih ketat berdasarkan undang-undang konten daring Uni Eropa yang penting.
"Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun," ucap Durov kepada jurnalis AS Tucker Carlson pada bulan April.
Selain itu, Durov, yang memiliki lima anak dari dua mantan pacarnya, baru-baru ini mengaku telah menyumbangkan sperma yang membuatnya menjadi ayah dari 100 anak.