Selanjutnya barang-barang tersebut akan dibanderol dengan harga yang dijamin pemerintah atau berdasarkan nilai pabean barang impor untuk mencegah penyimpangan pasar.
Departemen Sensus dan Statistik Sri Lanka menyatakan, kenaikan nilai tukar mata uang asing adalah salah satu penyebab naiknya harga sejumlah barang pokok selama 12 bulan terakhir.
Sri Lanka mengalami inflasi bulan ke bulan di Agustus sebesar 6 persen, naik dibanding Juli yang tercatat 5,7 persen. Hal tersebut terutama didorong harga pangan yang tinggi.
Negara importir bersih makanan dan komoditas lainnya ini mengalami lonjakan kasus Covid-19. Itu memberi imbas besar pada industri pariwisata negara tersebut, yang menjadi salah satu penghasil mata uang asing utamanya.