Adapun Sumbangan surplus tertinggi lainnya berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar 235,1 juta dolar AS, dan besi dan baja sebesar 47,3 juta dolar AS.
“Filipina surplus sebesar 909,2 juta dolar AS, terbesar pada komditas Bahan bakar mineral kode HS 27, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, serta besi dan baja kode HS 72,” ungkap Habibullah.
Selanjutnya dari India yang mencatatkan surplus sebesar 810,5 juta dolar AS, adapun penyumbang terbesar pada komoditas bahan bakar mineral mencapai 439,1 juta dolar AS, lemak dan minyak hewani/nabati sebesar 436 juta dolar AS, serta besi dan baja senilai 109,9 juta dolar AS.
Di sisi lain, tiga negara yang menyumbang defisit terdalam pada kinerja neraca perdagangan Januari 2023, yaitu Thailand sebesar 398,8 juta dolar AS, Australia sebesar 353,1 juta dolar AS, dan Argentina senilai 247,1 juta dolar AS. Sementara itu, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan China sebesar 67 juta dolar AS.
Habibullah menyampaikan, dari catatan BPS Indonesia telah melakukan impor hingga 895 juta dolar AS dari Thailand, sementara kinerja ekspor ke Negeri Gajah Putih tersebut hanya 496,2 juta dolar AS.
Secara total, nilai ekspor Indonesia mencapai 22,31 miliar dolar AS pada Januari 2023, naik 16,37 persen (yoy), namun turun 6,36 persen dibandingkan Desember 2022 (month-to-month/mtm).
"Sementara nilai impor Indonesia untuk periode yang sama sebesar 18,44 miliar dolar AS. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mebukukan surplus sebesar 3,87 miliar dolar AS," tutur Habibullah.