Perluasan ini untuk memenuhi kekurangan produksi gula. Berdasarkan hasil rapat koordinasi teknis bidang pangan dan agribisnis, Kemenko Bidang Perekonomian pada 6 Desember 2023 lalu, bahwa kebutuhan gula konsumsi pada 2024 sebesar 2,93 juta ton dengan produksi gula nasional sebesar 2,38 juta ton. Artinya, masih ada defisit sekitar 662.000 ton yang harus dipenuhi.
Karena itu, perlu adanya upaya pemenuhan defisit gula konsumi tersebut. Harapannya, swasembada gula nasional dapat terwujud sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor 40 Tahun 2023 mengenai percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (Biofuel).
Upaya lainnya yakni penyediaan benih dalam satu manajemen pabrik gula (PG) dan penataan varietas hingga penggunaan varietas unggul. Kemudian, penyediaan Saprodi dan Alsintan dan peningkatan kapasitas SDM. Lalu, penerapan GAP, GHP, GMP dan penguatan kemitraan. Serta penerapan sistem pembelian tebu dan Pembiayan Perbankan (KUR).
"Dirjen Perkebunan juga sudah menyiapkan kembali (komoditas) tebu ke dalam pupuk subsidi," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Mahmudi memandang perlu strategi untuk menguatkan posisi petani tebu. Karena lebih dari 80 persen pasokan Bahan Baku Tebu (BBT) pabrik gula SGN merupakan tebu petani.
Untuk SGN sendiri, target pengembangan lahan pada 2024 seluas 2.536 hektar yang akan didapat melalui agroforestri, sewa lahan tebu serta kerja sama dengan Perhutani.