JAKARTA, iNews.id - PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih 3,81 miliar dolar AS atau setara Rp56,6 triliun pada tahun 2022. Torehan ini meningkat 86 persen dibandingkan laba perusahaan pada tahun 2021.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menuturkan, raihan ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Dia menegaskan, laba ini tidak serta merta disebabkan karena meningkatnya harga minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) serta kenaikan kurs atau nilai tukar.
"Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja tertinggi sepanjang sejarah, Pertamina membukukan keuntungan 3,81 miliar dolar AS," ujar Nicke dalam acara Media Briefing Capaian Kinerja 2022 Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
"Capaian ini bukan capaian windfall semata dan sebagainya, ada yang menyatakan ini karena ICP, kurs, ayo kita lihat data. Ini kinerja terbaik dari tahun ke tahun kalau dikatakan kurs tinggi kita pernah alami kurs tinggi beberapa tahun, ICP pernah di atas 100 dolar AS per barel tapi capaian gak demikian," sambungnya.
Nicke menambahkan, kontribusi terbesar dari capaian kinerja Pertamina sebenarnya berasal dari pengeluaran. Di mana, Holding BUMN Minyak dan Gas (Migas) tersebut berhasil melakukan perampingan cost.
Nicke menyebut, pada tahun 2012-2014 cost dari biaya di tahun tersebut mencapai 93-94 persen. Namun, pada tahun 2022 cost semakin ramping hingga mencapai 89 persen.
"Kita lihat yang paling memberikan kontribusi sebetulnya di pengeluaran. Kalau kita lihat itu ada penghematan dan kalau bicara 4-5 persen dari 84 miliar dolar AS itu bukan angka kecil dan ga bisa satu dua program, ini program cost optimal. Ada 267 program yang kita garap selama tahun 2022 untuk melakukan cost efficient, dan revenue tahun 2022 tahun terbaik dan kita berharap ini akan terus tumbuh berkelanjutan," kata Nicke.