Perubahan iklim juga dapat memicu ketidakstabilan sosial-politik. Kelompok masyarakat miskin cenderung menjadi pihak yang paling terdampak. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan sosial dan meningkatkan ketegangan politik.
"Jadi, kita memahami bahwa perubahan iklim perlu segera ditangani. ASEAN, dalam hal ini, sebagai suatu kawasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi sekaligus ketahanan, tetapi tidak terlepas dari ancaman perubahan iklim dan geopolitik," ucap Sri Mulyani.
Dalam kesempatan yang sama, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menyoroti kerentanan kawasan ASEAN terhadap dampak krisis iklim. Berdasarkan estimasi Bank Pembangunan Asia (ADB), PDB ASEAN dapat turun hingga 11 persen akibat perubahan iklim.
Meskipun hanya menyumbang sekitar tujuh persen emisi global, ASEAN tetap perlu melanjutkan proses pembangunan dibarengi upaya pengurangan emisi CO2. Maka dari itu, ia menegaskan perubahan iklim perlu diatasi, terlebih Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) telah menyatakan tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat.