Tulus menduga kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang terjadi di beberapa daerah disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rentang harga yang sangat jauh dengan elpiji 12 kilogram dan penyimpangan penyaluran elpiji bersubsidi. "Karena rentang harga yang sangat jauh, banyak pengguna elpiji 12 kilogram yang berpindah menjadi pengguna gas elpiji 3 kilogram. Selain jauh lebih murah, gas elpiji 3 kilogram juga dianggap lebih praktis dan mudah dibawa," tuturnya.
Dia menilai, pola penyaluran gas elpiji 3 kilogram seharusnya bersifat tertutup. Artinya, hanya konsumen yang berhak saja yang boleh membeli gas elpiji 3 kilogram.
Namun, saat ini penyaluran bersifat terbuka atau bebas sehingga siapa pun bisa membeli. Tulus menyebut ada pola penyaluran yang dilakukan pemerintah tidak taat asas.
"Tidak kurang dari 20 persen pengguna gas elpiji 12 kilogram berpindah ke 3 kilogram karena harga 12 kilogram dianggap sangat mahal sementara 3 kilogram sangat murah karena disubsidi," katanya.
Keadaan semakin parah karena terjadi penyimpangan di tingkat distributor atau agen nakal yang melakukan pengoplosan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. "Mendapatkan gas elpiji dengan harga terjangkau adalah hak konsumen yang harus dijamin," ujarnya.