JAKARTA, iNews.id - Pemerintah terus melakukan upaya holdingisasi terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tiap sektor. Kini, holding keuangan tengah dibentuk dan ditargetkan selesai di triwulan pertama 2018.
Namun, pembantukan holding keuangan dinilai tidak tepat karena akan dikepalai oleh PT Danareksa (Persero) yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pasar modal.
"Dalam sekema strukturnya ada Danareksa yang jadi leader-nya itu akan ada miss juga. Yang tadinya tidak pernah dalam tanda kutip tahu tentang perbankan tiba-tiba mau megang banyak perbankan," kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto kepada iNews.id, Senin (8/1/2018).
Karena itu, jika Danareksa yang biasa bermain dengan valas dan saham kemudian menaungi beberapa bank yang sudah sangat familiar dengan dunia perbankan tentu akan menjadi permasalahan baru. Selain itu, dalam pasar uang, Danareksa hanya mengelola sekitar 5 persen dan sisanya 70 persen dikuasai oleh perbankan.
"Terus kemudian yang kecil ini biasa permainannya adalah valas, saham tiba-tiba dia mau mencoba menanamkan ide-ide ke Dirut-Dirut bank yang memang sudah sangat familiar dengan banking. Itu apa tidak akan jadi problem nantinya. Ketika rapat nanti karena memang ada Menteri BUMN-nya jadi tidak ada yang berani bicara tapi di belakang. Kemudian tidak saling ada koordinasi, setelah kelar dari ruang rapat tidak terjadi sinergi di antara bank-bank BUMN ini karena pada faktanya mereka tetap saja bersaing di bawah holding itu," ucapnya.