Selain itu, industri perbankan memiliki aturan ketat dan merupakan sektor yang spesifik sehingga tidak cocok jika diholdingisasi dengan Danareksa sebagai induknya. Sebab, urgensi pembentukan holding harusnya menuju pada upaya untuk membuat industri keuangan yang tangguh dan efektif serta bisa menjalankan fungsi intermediasi yang lebih baik.
Menurut dia, ditunjuknya Danareksa sebagai induk holding keuangan hanya karena pemerintah memegang saham sepenuhnya di perusahaan tersebut. Sementara perbankan lain yang menjadi anggota holding sahamnya banyak dimiliki publik.
"Kenapa? Karena ini sebetulnya pemerintah adalah pemegang saham dominan di situ (Danareksa), jadi kalau alasannya hanya gabungan kekuatan ya tidak matching dengan tujuan adanya holdingisasi itu. Saya rasa harus dipikirkan benar, apalagi nanti sektor keuangan akan mendapatkan respons publik," tuturnya.
Dengan melihat kinerja industri perbankan saat ini yang tergambar dari terpangkasnya laju pertumbuhan kredit dan tingkat bunga yang relatif tidak turun, maka pembentukan holding berpotensi menjadi bumerang. Karena itu, ia menyarankan merger dibanding holding. Sebab, ketidakefisienan biaya intermediasi salah satu pemicu utamanya adalah jumlah bank yang terlalu banyak.