Peeters menekankan, EIB berbeda dengan bank-bank lain. Pihaknya tidak hanya menawarkan pembiayaan jangka panjang yang lebih terjangkau, tapi juga memberikan bantuan para ahli. Mereka akan membantu dalam aspek keuangan dan teknis untuk mempersiapkan proyek yang berkualitas serta sesuai dengan standar Uni Eropa.
"Kami memiliki para ahli yang tidak hanya mengeksaminasi kemampuan untuk mengembalikan pinjaman tapi juga dampak, produknya, sebelum mengucurkan pendanaan. Inilah kelebihan kami dan yang membedakan EIB dengan bank komersial," kata Peeters.
Peeters mengatakan, pihaknya juga terbuka untuk pendanaan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Mereka menantikan penawaran dari Indonesia.
"Kami akan lihat apa yang bisa kami lakukan. Namun, harus ada penawaran proposal dulu supaya kami bisa lihat nanti," kata Peeters.
Kepala Kantor EIB Jakarta untuk Regional Asia Tenggara dan Pasifik Sunita Lukkhoo menambahkan, EIB melihat banyak peluang dan potensi yang dimiliki Indonesia. Pihaknya siap menjadi mitra dan memberikan pendanaan untuk proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan membawa banyak perubahan bagi kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Proyek-proyek yang akan didanai EIB termasuk yang mendukung kesetaraan gender.
“Kami sudah mendanai banyak proyek di berbagai negara, termasuk pembangunan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik. Kami siap mendukung Indonesia untuk pendanaan sejumlah sektor strategis terutama yang terkait dengan isu perubahan iklim. Pemerintah Indonesia juga punya komitmen yang kuat dalam menangani krisis iklim,” katanya.