Setelah perseroan menyelesaikan proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau Rights Issue) pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1 persen saham IATA.
Kinerja gemilang IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional.
Untuk proyeksi 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT. Dengan asumsi harga batu bara 50 dolar AS per MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar 350 juta dolar AS. Angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.
IATA saat ini memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20 persen keseluruhan area penambangan seluas 72.478 ha. Tidak berhenti di situ, perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.