Meski begitu, Darmin memprediksi gejolak pasar keuangan global yang terjadi sekarang hanya bersifat temporer. Dia pun menilai, pelemahan mata uang lira Turki tidak serta merta memengaruhi seluruh mata uang. Pasalnya, lira Turki memang telah mengalami depresiasi cukup besar dibandingkan mata uang lainnya.
"Selama ini Turki itu pelemahan mata uangnya agak besar. Negara yang paling besar, itu Turki, Rusia, kemudian Brasil. Ini bukan perang dagang khusus seperti Amerika dengan China. Dia (AS) lagi marah saja," ucapnya.
Sebagai informasi, kurs rupiah di pasar spot pada sesi siang makin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Data Bloomberg menunjukkan rupiah terdepresiasi 134 poin atau 0,93 persen menjadi Rp14.612 per dolar dari sesi terakhir pekan kemarin Rp14.478 per dolar AS. Laju harian rupiah tercatat Rp14.544-14.614 dengan level pembukaan di Rp14.579 per dolar AS.
Yahoo Finance mencatat rupiah terdepresiasi 140 poin atau 0,97 persen menjadi Rp14.610 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp14.470 per dolar AS. Saat pembukaan, rupiah diperdagangkan ke Rp14.468 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.468-14.605 per dolar AS.
Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah melemah 146 poin menjadi Rp14.583 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.437 per dolar AS.