WASHINGTON, iNews.id - Bank Dunia memperingatkan kenaikan beban utang negara-negara miskin atau berpenghasilan rendah sebesar 12 persen ke rekor 860 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp12.231 triliun pada 2020 sebagai akibat dari Covid-19.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan, laporan Statistik Utang Internasional 2022 menunjukkan peningkatan secara dramatis utang yang dihadapi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selain itu, dia juga mendesak untuk membantu upaya komprehensif untuk negara-negara tersebut mencapai tingkat utang yang lebih berkelanjutan.
"Kami membutuhkan pendekatan komprehensif untuk masalah utang, termasuk pengurangan utang, restrukturisasi yang lebih cepat, dan transparansi yang lebih baik," kata Malpass dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (12/10/2021).
Dia mengatakan, setengah dari negara-negara termiskin di dunia berada dalam kesulitan utang luar negeri atau berisiko tinggi. Menurutnya, tingkat utang yang berkelanjutan diperlukan untuk membantu negara-negara tersebut mencapai pemulihan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Laporan itu menyatakan, stok utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah secara kumulatif naik 5,3 persen pada 2020 menjadi 8,7 triliun dolar AS. Itu mempengaruhi negara-negara di semua kawasan.
Dikatakan, kenaikan utang luar negeri melampaui pendapatan nasional bruto (PNB) dan pertumbuhan ekspor, dengan rasio utang luar negeri terhadap PNB, tidak termasuk China, naik lima persen menjadi 42 persen pada 2020. Sementara rasio utang terhadap ekspor melonjak menjadi 154 persen pada 2020 dari tahun sebelumnya 126 persen.