JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan defisit APBN sepanjang semester I 2024 menembus Rp77,3 triliun. Angka ini -0,34 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) dengan keseimbangan primer masih mencatatkan surplus sebesar Rp162,7 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan, selama Semester I 2024, belanja negara meningkat 11,3 persen mencapai Rp1.398 triliun (yoy). Peningkatan belanja negara tersebut terutama terkait peran APBN sebagai shock absorber untuk antisipasi gejolak global, melindungi daya beli masyarakat, serta tetap mendukung berbagai prioritas agenda pembangunan nasional.
Komponen Belanja Pemerintah Pusat (BPP) mencapai Rp997,9 triliun atau tumbuh 11,9 persen (yoy), di mana di dalamnya termasuk belanja yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sebesar Rp762,1 triliun (76,4 persen BPP).
Seperti, PKH Rp14,2 triliun, kartu sembako Rp22,2 triliun, program Indonesia Pintar Rp8,1 triliun, KIP kuliah Rp6,8 triliun, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp5,6 triliun, BO PTN Rp2,6 triliun, subsidi dan kompensasi Rp155,7 triliun, Subsidi LPG 3 Kg Rp34,2 triliun, PBI JKN RP23,2 triliun, serta pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur Rp75,2 triliun.
"Sampai dengan Semester I 2024, defisit APBN masih terjaga sebesar Rp77,3 triliun, atau -0,34 persen PDB, dengan keseimbangan primer masih mencatatkan surplus sebesar Rp162,7 triliun," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Banggar di DPR RI, Senin (8/7/2024).