WELLINGTON, iNews.id - Selandia Baru memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Hal ini seiring dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan kontraksi ekonomi terbesar selama 29 tahun terakhir.
Dikutip dari Bloomberg, Kamis (18/6/2020), Badan Statistik Selandia Baru melaporkan, pada triwulan I 2020 produk domestik bruto (PDB) turun 1,6 persen dibandingkan periode sebelumnya. Itu merupakan penurunan terbesar sejak 1991, dan lebih rendah 1 persen dari perkiraan para ekonom.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi menyusut 0,2 persen, dan menjadi kontraksi tahunan pertama sejak 2009. Selandia Baru tengah bersiap untuk kontraksi yang semakin parah pada triwulan II 2020.
Keterpurukan ini dipicu oleh penutupan daerah perbatasan, dan kebijakan lockdown secara ketat sampai pertengahan Mei lalu. Sebelumnya, pemerintah setempat telah menjanjikan dukungan fiskal sebesar Rp568,9 triliun, untuk membantu menghidupkan kembali permintaan domestik dan melindungi para pekerja. Sementara itu, bank sentral di sana juga telah memangkas suku bunga, dan memulai pelonggaran kuantitatif untuk menurunkan biaya pinjaman.
"Kami memperkirakan dampak pandemi terhadap ekonomi akan semakin menjadi pada kuartal kedua, yang akan memberi kontraksi hingga 17 persen. Angka pengangguran akan naik di atas 8 persen, tentu ini akan memicu banyak rumah tangga yang bermasalah dengan pengeluaran selama masa sulit ini," ujar Jane Turner, ekonom senior di ASB Bank di kota Auckland.