"Jadi yang kita pertahankan (10-20 persen), kalau diperlukan itu bisa memberikan fleksibilitas 10 persen itu. Kita selalu punya fleksibilitas. Ada ruang untuk itu di-Inpresnya sehingga tidak perlu harus otomatis bisa diubah," tuturnya.
Terkait beras impor, Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menyebut, realisasinya hanya 1,8 juta ton dari kuota yang dikeluarkan lewat Kementerian Perdagangan sebanyak 2 juta ton. Hal ini karena beberapa negara tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut meski pemerintah sudah mengeluarkan izin pada April lalu.
"Yang sudah datang, ada yang masih di pelabuhan juga. Tapi angkanya 1,8 juta ton karena tadinya ada negara yang bilang iya, tapi sampai tanggal yang dijanjikan tidak datang," ujarnya.