"Untuk pemulihan ekonomi Indonesia berjalan baik, namun risiko global khususnya inflasi dan potensi resesi negara maju harus diwaspadai," ujar Sri Mulyani.
Dia menjelaskan, posisi Indonesia relatif lebih aman dibandingkan beberapa negara, dilihat dari tingkat risiko kredit dan rasio utang Indonesia yang relatif lebih rendah.
Volatilitas global berdampak pada tekanan inflasi domestik dan pasar obligasi Indonesia, meski dampaknya terbatas didukung likuiditas domestik yang kuat.
Selanjutnya, aktivitas masyarakat sudah kembali normal dan mendorong kegiatan ekonomi, diikuti mobilitas masyarakat di kuartal II yang mengalami peningkatan signifikan karena periode libur.
Dalam hal mengantisipasi dampak resiko global, Menkeu mengatakan,APBN tetap hadir sebagai Shock Absorber. Belanja Negara diarahkan untuk penyaluran berbagai bansos dan subsidi, pendanaan proyek strategis nasional, serta program-program pemulihan ekonomi, termasuk transfer ke daerah.