"Barang yg menjadi favorit di kasus jastip ini iPhone 11. Tas berbagai merek tas ibu-ibu yang mahal, pakaian kelas mewah, kalung dan cincin juga sepatu. Ada kosmetik juga tapi jumlahnya tidak terlalu banyak," ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi di kantornya beberapa waktu lalu.
2. Negara Asia Jadi Tujuan Utama
LOkasi-lokasi yang menjadi destinasi favorit pelaku jastip biasanya di sekitaran Asia. Tapi paling banyak dari negara-negara tetangga seperti Australia dan SIngapura.
"Barangnya dari beberapa negara yang menjadi sentra-sentra elektonik dan fashion dunia. Contohnya Bangkok (Thailand), Singapura, Guangzhou (China), Abu Dhabi (UEA), Hong Kong (China), dan Australia," ucapnya.
3. Belum Ada Payung Hukumnya
Heru mengakui bisnis jastip ini masih belum memiliki aturan yang jelas. Selama ini pemerintah hanya menindak oknum-oknum yang diduga pelaku jastip yang menggunakan modus splitting untuk mengakali aturan pemerintah terkait batas nilai pembebasan bea sebesar 500 dolar AS per orang.
Pemerintah selama ini menindak berdasarkan aturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203 Tahun 2017 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut. Sementara untuk tindakan pencegahan dan mekanismenya belum disusun.