Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, untuk mengoptimalkan potensi zakat profesi ASN itu, selain dengan jemput bola, juga meminta kepada Baznas terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya zakat ini bagi ASN.
Dengan langkah tersebut, diharapkan bukan hanya akan meningkatkan pengumpulan zakat, melainkan juga membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan warga.
“Ini penting sebab masih banyak warga Sleman yang masuk kategori di bawah garis kemiskinan,” katanya.
Sri Purnomo menjelaskan, secara persentase angka penduduk miskin di Sleman masih cukup tinggi, yakni di atas 10 persen dari jumlah penduduk Sleman. Tercatat pada 2017 ada 38.873 keluarga atau 10,60 persen dari jumlah keluarga masuk kategori miskin dan 71.791 keluarga atau 19,58 persen dari jumlah keluarga di Sleman masuk kategori rentan miskin.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sleman Kriswanto menambahkan, meski belum dapat secara optimal dalam menggali zakat profesi ASN, penerimaan terus meningkat. Pada 2016, mereka dapat mengumpulkan Rp2,5 miliar dan pada 2017 menjadi Rp2,7 miliar. Karena itu, melalui program zakat panutan ini, kesadaran ASN yang beragama Islam dalam membayar zakat profesi diharapkan akan terus meningkat.
Di Kotamobagu, Sulawesi Utara, berbagai inovasi juga terus dikembangkan pemerintah kota setempat agar dana zakat yang terhimpun bisa besar. Langkah pemkot antara lain dengan membuka zakat online. Ketua Baznas Kotamobagu Rusdin Bondeusdin menjelaskan, program zakat online memberikan banyak kemudahan bagi wajib zakat yang ada di wilayah ini.
“Nantinya setelah menyetorkan zakat, setiap penyetor akan mendapatkan nomor pokok wajib zakat (NPWZ). NPWZ ini dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP) sesuai amanat UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pajak Penghasilan,” terangnya.