Sementara itu, untuk penerimaan pajak nonmigas tumbuh 14,8 persen di mana angka ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,1 persen. Menurut dia, ini menunjukkan tax ratio menjadi lebih tinggi karena Gross Domestic Product (GDP) kenaikannya hanya 8 persen sehingga akan menjadi lebih baik.
"Untuk pajak nonmigas, ini menggambarkan denyut ekonomi kita yang tidak terpengaruh dari migas, itu pun pertumbuhannya tinggi," ucapnya.
Untuk PPh nonmigas tumbuh 15 persen, sedangkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih tumbuh 14,1 persen. "Mungkin kalau PBB (Pajak Bumi Bangunan) tidak terlalu karena volatile pertumbuhannya. Yang paling penting PPh nonmigas dan PPN yang menggambarkan kegiatan ekonomi nasional kita. Pabean dan cukai juga sangat positif," tuturnya.
Selain itu, pertumbuhan penerimaan cukai sebesar 13,2 persen dan bea masuk tumbuh sebesar 13,1 persen. Namun, bea keluar tumbuh 76 persen atau melonjak dua kali lipat dari yang dianggarkan akibat meningkatnya harga komoditas.
"Tapi karena basisnya kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi tetapi bagi kinerja bea cukai ini sangat cukup positif," katanya.